. Pada tahun 1642, Blaise Pascal menemukan alat hitung baru
bernama kalkulator roda numerik (numerical wheel calculator). Alat ini
menggunakan delapan roda putar bergerigi untuk menjumlahkan angka hingga
delapan digit. Sayangnya, alat ini hanya dapat digunakan untuk penjumlahan
saja. Selanjutnya, seorang matematikawan dan filsuf Jerman bernama Gottfred
Wilhem von Leibniz mengembangkan kalkulator yang ditemukan oleh Pascal.
Kalkulator ini mampu mengoperasikan perkalian. Kalkulator ini kemudian
berkembang menjadi kalkulator mekanik yang dapat melakukan empat fungsi
aritmetik dasar, yaitu penjumlahan, perkalian, pengunrangan, dan pembagian.
Charles Xavier Thomas de Colmar- lah penemu alat ini pada masa Perang Dunia I.
Pada tahun 1931 Vannevar Bush menemukan sebuah kalkulator
yang dapat mengoperasikan persamaan diferensial. Alat tersebut masih sangat
besar dan berat karena memiliki banyak gerigi dan poros. Di tahun 1903 John V.
Atanasoff dan Clifford Berry mengaplikasikan aljabar boolean pada sirkuit
elektrik. Mereka membuat komputer elektrik pertama pada 1940.
Pada tahun 1963 perusahaan asal Inggris, Bell Punch dan
Sumlock-Comptometer mengenalkan kalkulator bertenaga listrik. Setahun kemudian,
perusahaan asal Jepang menyempurnakan alat hitung tersebut dengan menambahkan
komponen baru bernama transistor. Dengan adanya transistor, selain ukurannya
dapat dibuat lebih kecil, kalkulator ini juga memiliki komputasi yang lebih
baik dari produk pendahulunya. Tahun 1969, perusahaan Jepang mengembangkan
kalkulator berbasis chip. Setahun kemudian, produk ini dikembangkan agar dapat
beroperasi menggunakan baterai yang dapat diisi ulang. Kalkulator ini semakin kecil
ukurannya sejak ditemukannya teknologi Liquid Crystal Display (LCD). Pada tahun
1976 kalkulator dengan LCD dan baterai mini mulai diproduksi dan dipasarkan.
Begitulah sejarah perkembangan kalkulator yang sering kita gunakan sekarang.
Posting Komentar